Tokuda sempat merahasiakan kepada istri dan anaknya bahwa ia telah merekam ratusan video porno. Keluarga Tokuda pun tidak tahu apa yang dikerjakan pensiunan agen perjalanan tersebut jika pergi 'kerja' pada pagi hari.
Padahal, Tokuda sangat dikenal para penggemarnya. Tak heran jika Shigeo Tokuda setidaknya membuat satu film porno tiap bulan. Tokuda pun kini menjadi bintang genre film 'porno orang tua' alias film-film yang dibintangi aktor berusia lanjut "Seluruh ceritanya ada di sana, jadi sangat jelas jenis film apa itu," kata Tokuda mengingat kejadian dua tahun lalu.
Namun, jika anaknya terkejut dengan penemuan tersebut, Tokuda mengaku istrinya tidak terlalu risau mengetahui pekerjaan paruh waktu Tokuda. "Istri saya membolehkan saya melakukan apa yang saya inginkan saat ini karena saya sudah pensiun," katanya. "Dia hanya khawatir dengan kesehatan saya dan mengatakan kepada saya untuk tidak terlalu bekerja keras."
"Tidak ada rasa cemburu, sepanjang yang saya ketahui. Tetapi tahun lalu ketika saya sedang mabuk-mabukan dengan istri saya di Asakusa, seseorang menghampiri saya dan meminta tanda tangan saya. Istri saya terkejut, tetapi itu tidak berujung pada pertengkaran. Dia mengerti bahwa ini merupakan bagian pekerjaan saya dan dia mempercayai saya." Tokuda awalnya masuk ke industri pornografi untuk sampingan selain bekerja di sebuah agen perjalanan di Tokyo. Tokuda mengaku ia dilirik seorang pembuat film porno ketika pembuat film tersebut melihatnya mencari-cari DVD film dewasa di sebuah toko di Tokyo.
"Mereka mengatakan, 'Anda pasti cocok untuk film-film kami karena Anda memiliki wajah yang nakal. Anda cocok dengan film yang akan kami buat'," ujar Tokuda. Setelah hanya tampil sebagai figuran dengan bayaran beberapa ratus yen, Tokuda akhirnya mendapat peran sebagai duniaandromedaku.blogspot.compemeran utama. Ia pun kini bekerja penuh waktu setelah pensiun bekerja di agen travel lima tahun lalu. Menurut Tokuda, ia biasanya dibayar untuk salah satu film Prohibited Elderly Care senilai US$ 400 dan US$ 500.
Meski sempat stroke beberapa tahun lalu sehingga sempat berpikir untuk pensiun, Tokuda mengaku tidak mengalami masalah atas tuntutan fisik dalam film-film tersebut. Ia menjaga kebugaran dengan mendaki gunung bersama istrinya. Ia mengaku hanya dua kali mencoba Viagra yaitu satu dekade lalu atas permintaan seorang pembuat film. Obat biru tersebut, katanya, tidak berdampak ketika ia memakainya kedua kali.
Mayoritas lawan main Tokuda adalah wanita berusia sekitar 20 tahun. Tokuda tidak merasa kasihan dengan para lawan mainnya. Ia mengaku mayoritas lawan mainnya menerima peran tersebut hanya untuk mendapatkan uang dan beberapa di antara mereka tidak menikmati penampilan mereka. Kendati masih menikmati pekerjaannya, Tokuda berpikir untuk pensiun tidak lama lagi. "Saya rasa saya akan berhenti di usia 80an tahun," ujarnya.
Lantas apa yang akan ia kerjakan setelah itu? "Saya tidak tahu. Mungkin saya menghabiskan lebih banyak waktu dengan istri saya untuk mendaki gunung," ujarnya.
Shigeo Tokuda, seorang kakek usia 74. Shigeo mengaku mulai main film sebagai figuran sejak tahun 1994, dan saat ini sudah membintangi 250 film. Menurut pengakuan Shigeo, di antara 250 film itu adalah film porno. Ia tak tahu persis berapa jumlah film pornonya. Yang jelas, keterlibatannya dalam film porno itu datang dari tawaran produser yang memang jelas-jelas ingin memroduksi film porno yang memuat adegan lelaki tua dan perempuan muda. Dalam film-film porno itu, Shigeo selalu pegang peran utama. Peran perempuan dalam film itu antara lain adalah : menantu, keponakan, baby-sitter, perawat jompo dan sejenisnya, yang semuanya cantik dan jauuuh lebih muda daripada Shigeo.
Saya teruskan teruskan putar video wawancara tu, yang ternyata diselingi dengan potongan-potongan adegan porno sang kakek dalam film-filmya dengan gadis-gadis yang cocok jadi cucunya. Ampun deh! Shigeo tinggal dengan istri dan anak perempuannya di distrik Chuo, Uogashi, Tokyo. Ketika dalam wawancara ia ditanya soal peran-perannya dalam film porno, dia bilang, “Saya ini aktor. Saya menjalani pekerjaan saya sesuai tuntutan pekerjaan. Saya memang orang jompo, tapi saya masih bisa cari nafkah” Nah, kira-kira kenapa kreatifitas film-film porno bisa juga berkembang ke pelibatan lelaki-lelaki jompo? Boleh jadi inii karena preferensi seksual masyarakat Jepang yang sangat bervariasi, yang meletakkan fantasi seksual sebagai sesuatu yang ‘ageless’ alias tak kenal umur.
Film-fllm dengan bintang senior macam ini jelas ditujukan agar sajian film merasuk dalam alam fantasi pemirsanya, yang menuntun pemirsa –selagi menonton--untuk membayangkan bahwa sangat mungkin pemirsa ini mengganti kedudukan sang kakek dalam adegan porno yang dipirsanya, mengingat si peran perempuan dalam film itu ternyata tak pilih-pilih usia pasangan dalam adegan film tersebut. Sekali lagi, ampun deh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar